Semakin sakit semakin sampai? Konsep ini seringkali menjadi pandangan pemeluk agama tertentu, di mana rasa sakit dianggap sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, apakah benar semakin sakit semakin sampai?
Dalam agama Islam, konsep ini jelas tidak benar. Tuhan tidak mencintai rasa sakit dan air mata, tetapi Dia mencintai kesungguhan kita. Kesungguhan yang dibangun dengan keyakinan pada rahmat Allah dan ketakutan pada siksaan-Nya. Terlalu terobsesi dengan rasa sakit dan air mata justru bisa membuat kita menutup mata pada rahmat Tuhan.
Sebagai umat Muslim, kita seharusnya menunjukkan sikap bahagia dan pekerja keras. Bukannya menjadi tukang nangis atau mencitrakan kesedihan dan penderitaan. Jika kita ingin mengubah nasib, dibutuhkan semangat dan kerja keras yang dilaksanakan dalam suasana sukacita.
Hal ini juga penting untuk mengubah tampilan masyarakat Muslim agar lebih menarik bagi non-Muslim untuk mempelajari agama kita. Kita tidak perlu mencari-cari cobaan atau menyengaja membuat diri kita sakit atau menangis. Kedua hal tersebut seharusnya dilakukan ketika memang cobaan datang pada kita.
Sebagai penutup, mengutip pernyataan Sudjiwo Tedjo: “Jangan pergi agar dicari, jangan sengaja lari agar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu.” Kita seharusnya berjuang dengan semangat dan kesungguhan, bukan dengan mencari-cari penderitaan.